Entri yang Diunggulkan
Tanaman Hias dan Sejarahnya: Simbol Keindahan dan Kemewahan Sepanjang Masa
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
indranila - Tanaman telah menjadi bagian integral dari kehidupan manusia, tidak hanya memberikan oksigen dan makanan tetapi juga memberikan fungsi estetika dan kenyamanan. Tanaman hias bukan merupakan tren modern yang muncul baru-baru ini. Sejarahnya sudah terpentang sejak ribuan tahun silam.
Era Neolitikum: Manusia Mulai Dekat Dengan Tanaman
Sejarah kedekatan manusia dengan tanaman dimulai dari sejak zaman Neolitikum sekitar kurang lebih 10.000 tahun Sebelum Masehi. Suatu hari, terjadi perubahan besar yang disebut Revolusi Pertanian Pertama. Manusia yang semula mencari makan dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan, mulai menjinakkan hewan dan menanam tanaman untuk dimakan.
Revolusi Pertanian Pertama menandai awal hubungan yang lebih dekat antara manusia dengan tanaman. Manusia tidak lagi hanya memanfaatkan tanaman liar, tetapi mereka mulai merawat dan membudidayakan tanaman untuk kebutuhan mereka. Lalu seiring dengan berjalannya waktu, tanaman tidak hanya ditanam di ladang tapi juga dibawa lebih dekat ke lingkungan tempat tinggal. Baik sebagai tanaman di pekarangan juga tanaman dibawa ke dalam rumah.
Masa Kebudayaan Kuno: Tanaman Sebagai Simbol Status
Bangsa Mesir kuno dipercaya sebagai yang pertama membawa tanaman ke ruangan dalam rumah sekitar 5000 tahun SM. Bangsa Mesir dan Sumeria menanam tanaman palem-paleman di sekitar rumah mereka dengan harapan memberi lebih banyak warna ke lingkungan tempat mereka tinggal.
Di Mesir Kuno, tanaman seperti papirus dan kurma tidak hanya penting untuk kehidupan sehari-hari tetapi juga dihormati dalam praktik keagamaan. Taman dianggap sebagai simbol kemewahan di rumah-rumah orang kaya. Tanaman tertentu dibawa ke dalam rumah untuk menunjukkan status kemakmuran seseorang.
Dalam pelajaran sejarah kita tentu dikenalkan dengan salah satu dari tujuh keajaiban dunia yaitu Taman Gantung Babilonia. Raja Nebukadnezar II membangun taman itu untuk permaisurinya, yang selalu rindu dengan pemandangan bukit-bukit hijau di kampung halamannya. Meskipun para sejarawan banyak memperdebatkan keberadaan taman ini, namun teks-teks kuno Yunani dan Romawi menggambarkan gambaran yang rumit tentang tanaman hijau yang menjuntai dan menghampar di sepanjang dinding teras kota Babel. Dinding-dinding tersebut begitu tebal sehingga orang-orang Babel sering mengadakan perlombaan kereta di atasnya. Tanaman dan bunga dari berbagai jenis menghiasi istana, menciptakan oasis flora di tengah keringnya gurun.
Estetika Bangsa Yunani dan Romawi Kuno
Sebelumnya, manusia hanya tahu menanam tanaman itu langsung ke tanah, ke permukaan bumi. Seiring dengan perkembangan budaya, orang ingin membawa tanaman lebih dekat lagi ke dalam lingkungan tempat hidupnya. Maka terciptalah wadah untuk menanam tanaman, yang kita kenal dengan sebutan pot.
Praktik penggunaan pot untuk meletakkan tanaman hias di dalam ruangan dapat ditelusuri mulai dari zaman Yunani dan Romawi kuno. Pada era peradaban yang lebih tua, bangsa Mesir, India dan Cina juga telah menggunakan pot juga untuk tanaman rumah mereka. Akan tetapi mereka tidak meletakkannya di dalam rumah. Masih di luar ruang, di sekitar taman atau pekarangan. Kala itu mereka menggunakan bahan dari tanah liat untuk membuat pot, sama seperti bahan yang digunakan untuk membuat gerabah pada umumnya.
Baca Juga: Mengenal & Memilih Pot untuk Tanaman Indoor
Bangsa Yunani kuno terkenal sebagai bangsa penghasil karya seni yang artistik. Mereka senang menghias apa saja agar tampak lebih indah. Ketika berurusan dengan hal mendekorasi rumah, akan masuk akal jika mereka juga senang menghias rumah mereka dengan tanaman hias.
Adalah Theophrastus seorang ilmuwan asal Yunani kuno yang disebut sebagai bapak botani. Karyanya yang paling terkenal Historia Plantarum dan On The Causes of Plants dianggap sebagai studi sistematika tanaman yang paling pertama dibuat. Di dalam karyanya Theophrastus mendeskripsikan bagaimana tanaman hidup di habitat asalnya, ukuran dan bentuknya, serta apa kegunaanya.
Sama seperti bangsa Yunani, orang Romawi kuno juga suka yang indah-indah. Jika gaya orang Yunani cenderung elegan dan lebih simpel, maka orang Roma senang terlihat megah dan glamor. Dalam hal tanaman hias orang Roma cenderung suka tanaman yang berbunga seperti mawar, marigold, violet dan saffron. Orang-orang kaya Roma senang pamer, akan menanamnya dimana saja mereka suka. Mereka juga lebih memilih menggunakan pot dari marmer daripada yang berbahan tanaman liat.
Ketika kekaisaran Romawi menaklukkan Mesir dan Yunani, mereka juga ‘mengimpor’ tanaman-tanaman dari daerah jajahannya itu ke negaranya. Tanaman eksotis dari tanah jajahan menjadi barang koleksi orang-orang kaya. Punya tanaman langka, bisa menunjukkan status simbol mereka.
Seni Membuat Miniatur Alam Orang Timur
Berpindah ke kawasan timur Asia, bangsa Cina, Vietnam dan Jepang terkenal dengan kebiasaan membuat miniatur pohon mini. Di Cina seni ini dikenal dengan nama seni Penjing (atau Penzai), Hòn Non Bộ di Vietnam, dan Bonsai di Jepang.
Bermula sekitar era dinasti Han (tahun 220 SM), seorang biksu Tao menemukan pohon kerdil yang kemudian ditanam di sebuah nampan yang dangkal, dan berhasil menjaganya tetap hidup. Nampan yang digunakan bernama pen, berupa mangkuk dangkal yang memiliki kaki. Inilah asal mula kata Penjing, yang secara harfiah berarti 'menanam dalam pen'.
Nampan pen bisa terbuat dari apa saja. Biasanya dari bahan keramik tanah liat atau kayu. Di kemudian hari khusus untuk kepentingan seremonial dan ritual, menggunakan nampan istimewa yang lebih indah terbuat dari perunggu.
Biksu Tao dan Buddha percaya bahwa membuat miniatur alam mini dapat menciptakan energi positif. Kegiatan menciptakan dan merawat penjing menjadi semacam ritual rohani yang umum dipraktikkan di berbagai tempat di Cina. Seni ini kemudian menyebar ke Vietnam dan Jepang bersamaan dengan penyebaran ajaran Buddha oleh para biksu Cina.
Di Vietnam, seni membuat miniatur alam mengalami adaptasi sesuai dengan kebiasaan masyarakat setempat. Perbedaan dengan Penjing, Hon Non Bo lebih menekankan aspek meniru semirip mungkin suatu objek alam, misal sebuah gunung atau sebuah pulau. Ukurannya bisa lebih besar dari penjing atau bonsai, bisa juga sangat kecil. Yang unik dari Hon Non Bo adalah selalu mengikutsertakan unsur air.
Ketika agama Buddha menyebar ke Jepang, seni miniatur penjing pun ikut serta dibawa. Di jepang, seni ini juga beradaptasi dengan selera dan kebiasaan orang Jepang. Kata Bonsai adalah pelafalan Penzai versi bahasa Jepang. Pada perkembangan selanjutnya, seni Bonsai Jepang malah lebih populer dari seni Penjing Cina. Seni Bonsai mulai menyebar ke wilayah Eropa pasca Perang Dunia II.
Abad Pertengahan: Masa yang Membosankan Dunia Tanaman Hias
Runtuhnya kekaisaran Romawi turut memudarkan simbol-simbol kebudayaan mereka. Kontras dengan kehidupan bangsa Roma yang gemerlapan, Eropa abad pertengahan masuk dalam masa kegelapan yang suram akibat perang salib yang panjang dan bencana pandemi wabah hitam. Kondisi sosial ekonomi yang buruk dimana kehidupan hanya bergerak seputar bagaimana agar bertahan hidup, membuat orang tidak tertarik membawa tanaman ke rumah mereka sebagai hobi.
Kegiatan bercocok tanam berkisar hanya pada yang penting dan perlu saja. Saat itu biara diberi tugas sebagai pusat hortikultura, menyediakan bahan makanan dan obat untuk masyarakat atas perintah penguasa dan kerajaan. Kebun-kebun biara dipagari dengan tembok tinggi karena sering jadi sasaran penjarahan warga.
Kehidupan yang suram itu mulai membaik ketika perang salib berakhir. Melalui jalur perdagangan, rempah-rempah dari Asia seperti jahe, pala, kapulaga, dan lainnya mulai masuk ke Eropa. Orang-orang mulai kembali tertarik pada tanaman eksotik. Walaupun saat itu (masih saja) hanya bisa dimiliki oleh keluarga raja atau orang kaya karena harganya sangat mahal. Rempah Asia sangat mahal harganya karena jalur perdagangan yang jauh juga karena punya khasiat obat.
Perkenalan orang Eropa pada rempah asia yang sangat berharga, membuka masa sejarah baru: Era penjelajahan samudra.
Renaisans: Abad Pencerahan dan Penjelajahan
Selama abad pertengahan, minat orang dalam merawat tanaman hias menurun. Di penghujung abad pertengahan terjadi perubahan sosial yang masif, ditandai dengan naiknya minat masyarakat terhadap ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Era sejarah yang dikenal dengan era Renaisans ini menumbuhkan minat pada dunia tumbuhan lebih tinggi lagi. Sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, ilmu botani pun mengalami perkembangan.
Ketika kekaisaran Bizantium runtuh, Kesultanan Ottoman menutup jalur perdagangan rempah ke Eropa. Bangsa Eropa mulai mencari jalur perdagangan baru melalui laut. Masa ini terkenal sebagai Era Penjelajahan Samudra. Para pionir penjelajah Eropa mulai menyebar mencari jalur perdagangan baru dan dunia baru. Era penjelajahan ini selain menjadi pionir globalisasi, juga mempunyai sisi buruk, yaitu mulainya era kolonialisasi bangsa Eropa ke negara-negara di benua Amerika, Afrika dan Asia.
Di antara para penjelajah itu selalu ada ahli botani atau kolektor tanaman yang ikut, ingin mempelajari dan menjelajahi dunia baru. Sehabis menemukan dan menaklukan dunia baru, para penjelajah Eropa itu selalu pulang membawa oleh-oleh. Jika sebagai pedagang melalui proses jual-beli, jika sebagai penjajah maka yang dibawa adalah barang rampasan. Barang yang dibawa pulang itu termasuk di dalamnya tanaman-tanaman eksotis yang ingin mereka pelajari.
Masuknya flora-flora eksotis dari dunia baru semakin menumbuhkan minat masyarakat Eropa akan tanaman hias. Pada tahun 1609 Sir Hugh Plat seorang penulis asal Inggris menerbitkan buku berjudul Floraes Paradise. Buku ini dikenal sebagai buku panduan merawat tanaman yang pertama, yang memiliki bagian khusus tentang cara merawat tanaman dalam ruangan. Buku karya Plat sangat populer dan berhasil memotivasi banyak orang untuk menghias rumahnya dengan tanaman.
Walaupun minat pada tanaman terus bertumbuh, pehobi dan kolektor tanaman hias paling masih terbatas dari kalangan aristokrat. Salah satu yang terkenal adalah Raja Louis XIV yang sangat tergila-gila pada tanaman jeruk. Raja yang terkenal membangun istana Versailles ini bahkan menambahkan area khusus di istananya untuk menanam koleksi pohon jeruk miliknya, yang diberi nama Orangerie.
Pada masa pemerintahan Raja Louis XIV, Paris adalah kiblat fashion dan gaya hidup Orang Eropa saat itu. Maka segala yang dilakukan Raja Louis kemudian ditiru oleh banyak bangsawan Eropa lainnya. Salah satunya hobi mengoleksi tanaman hias. Lalu muncullah kebun-kebun botani, seperti Chelsea Physic Garden di London dan Jardin des Plantes di Paris, yang memainkan peran penting dalam studi dan popularisasi spesies tanaman eksotis. Institusi-institusi ini tidak hanya meningkatkan minat pada studi botani, tetapi juga menginspirasi orang-orang kaya untuk meniru, dan membangun rumah kaca di rumah mereka.
Era Victoria: Masa Keemasan Tanaman Hias
Abad 19 ditandai dengan munculnya revolusi industri di Inggris yang kemudian menyebar luas ke seluruh Eropa. Industrialisasi mendorong munculnya beragam inovasi, dan dalam bidang sosial melahirkan kelas menengah pekerja. Pada masa Renaisans hobi tanaman hias lebih eksklusif di kalangan aristokrat. Kelas menengah atas era industri yang dikenal dengan istilah kaum borjuis, ingin mengimitasi kehidupan kaum elite, salah satunya dengan cara menghias rumah mereka dengan tanaman hias eksotis.
Dalam bidang arsitektur, rumah-rumah mengalami perubahan desain yang signifikan, menjadi seperti rumah-rumah di zaman sekarang. Jendela rumah makin besar dan setiap rumah telah dilengkapi dengan sistem pemanas ruangan. Iklim ruangan rumah yang menjadi hangat merupakan iklim yang cocok untuk tempat hidup tanaman hias. Tanaman tropis yang dibawa dari negara-negara jajahannya bisa bertahan hidup dan berkembang di tengah iklim Inggris yang dingin.
Namun demikian, walaupun tanaman sekarang bisa hidup di dalam ruangan, bukan berarti tidak ada tantangan. Indutrialisai menyebabkan udara kotor oleh polusi. Tanaman yang ditanam di luar jarang bisa bertahan hidup lama. Udara di dalam rumah pun telah tercemar oleh asap pembakaran lampu gas. Jadi hanya tanaman yang punya ketahanan hidup tinggi yang bisa bertahan.
Tahun 1829, Nathaniel Bagshaw Ward, seorang penggemar tanaman hias yang suka memelihara serangga, secara tidak sengaja menemukan cara memelihara tanaman hias dalam wadah kaca. Suatu hari ia menempatkan kepompong ngengat dalam wadah kaca. Dasar wadah itu dialasi dengan tanah lembab yang berlumut. Keesokannya ia melihat muncul tunas-tunas tanaman paku bermunculan. Melalui serangkaian pengamatan dan eksperimen, Ward menyimpulkan, wadah kaca bisa menciptakan iklim yang cocok untuk tempat hidup tanaman tropis yang rapuh dan membutuhkan kondisi khusus.
Inovasi botol kaca Ward kemudian diberi nama 'Wardian Case' atau wadah kaca Ward. Pelopor dari apa yang kita kenal sekarang dengan nama terrarium. Setelah penemuan itu, terrarium menjadi barang yang biasa ditemukan di setiap rumah.
Abad ke 20: Modernisasi dan Gaya Hidup
Abad 20 menunjukkan perubahan status tanaman hias, dari yang semula hanya sebagai hiasan dekorasi saja, menjadi elemen penting dalam desain interior dan gaya hidup. Tahun 1920-an terjadi peningkatan produksi tanaman hias komersial. Selain menjual tanaman yang sudah jadi, juga muncul penjual-penjual bunga potong.
Tiba-tiba saja tanaman hias mudah dibeli dan ditemukan. Orang sudah tidak lagi perlu menanam tanaman dari semenjak umbi atau biji. Di pasaran sudah tersedia banyak tanaman jadi dalam pot yang tinggal pasang dimana saja. Kemudahan akses ini membuat tanaman hias menjadi terjangkau bagi berbagai kalangan. Sekarang tanaman hias tidak hanya bisa dibeli hanya oleh orang kaya saja.
Beberapa dekade terakhir, aspek pengaruh tanaman hias pada gaya hidup telah masuk dalam ranah penelitian ilmiah. Hasil penelitian ilmiah memberi bukti ada manfaat kesehatan dari tanaman indoor, seperti peningkatan kualitas udara, mengurangi stres, dan memperbaiki suasana hati.
Pengetahuan ini mendorong kesadaran untuk selalu menambahkan tanaman hijau di tempat umum seperti kantor, rumah sakit, dan pusat perbelanjaan dan lain-lain. Urbanisasi dan ruang hidup yang lebih kecil juga telah menghasilkan solusi cara bercocok tanam yang semakin inovatif, seperti teknik taman vertikal, hidroponik dan aeroponik.
Sekarang, tren tanaman indoor telah berkembang menjadi fenomena global, didorong oleh platform media sosial seperti Instagram dan Pinterest. Para influencer tanaman dan komunitas online berbagi tips, inspirasi, dan dukungan, membuat informasi tentang perawatan tanaman lebih mudah diakses oleh audiens secara global. Pandemi COVID-19 juga mempercepat tren ini. Selama masa lockdown orang-orang mengalihkan perhatian dari berita pandemi dengan jalan mengisi waktu di rumah dengan kegiatan yang bisa memberi ketenangan sekaligus mendekatkan ke alam.
Baca juga: Hal-Hal yang Perlu Diketahui Saat Mulai Merawat Tanaman
Kesimpulan
Dari zaman Mesir kuno hingga abad modern, tanaman hias selalu dihargai karena keindahannya, kemampuannya untuk meningkatkan kualitas udara, dan efek positifnya pada kesehatan mental. Saat kita menambahkan tanaman sebagai bagian dalam dekorasi interior rumah, kita tidak hanya meningkatkan kualitas hidup, tetapi juga menyambung sejarahnya yang kaya yang membentang selama ribuan tahun. Setiap tanaman memiliki cerita dan sejarahnya sendiri. Tanaman hias tidak hanya menghiasi ruangan tetapi juga menjadi saksi bisu perkembangan zaman dan perubahan gaya hidup manusia.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar