indranila - Indonesia, sebagai salah satu negara megabiodiversiti, memiliki kekayaan flora dan fauna yang luar biasa. Keanekaragaman flora ini tercermin dari banyaknya jenis tanaman hias yang endemik dari wilayah ini. Pada masa penjajahan, banyak kolektor tanaman dan ahli botani yang membawa tanaman dari Indonesia ke Eropa. Dimana di sana, tanaman-tanaman yang asalnya penghuni hutan tropis, berubah peran menjadi tanaman penghias rumah.
Di antara berbagai jenis tanaman hias yang memukau, genus Alocasia menonjol dengan keindahan dan keunikannya. Ada lebih dari 100 jenis anggota genus Alocasia, dan sebagian besar banyak yang berasal dari Indonesia. Dalam artikel ini, kita akan membahas daftar Alocasia yang berasal dari Indonesia, yang tidak hanya mempesona dengan keindahannya tetapi juga kaya akan nilai ekologi tinggi.
Daftar Tanaman Alocasia Indonesia
Berasal dari Pulau Irian. Bentuk daunnya menyerupai kepala anak panah (hastatus). Daunnya hijau tua, kadang ada yang berbintik kuning (varietas golden dust).
Berasal dari Pulau Sumatera, Jawa dan Kepulauan Timor. Daunnya lebar dengan permukaan hijau dengan bagian bawah hijau kekuningan. Nama belakang ‘alba’ (yang artinya putih) berasal dari kesalahan penerjemahan, karena tidak ada bagian tanaman ini yang warnanya putih.
Berasal dari Pulau Sumatera. Daun bentuk perisai dengan warna hijau tua mengkilap di bagian permukaan atas, dan berwarna pucat di bagian bawahnya.
Berasal dari Pulau Kalimantan. Permukaan atas daunnya berwarna hijau gelap keunguan dengan sentuhan kilau tembaga. Permukaan bawahnya berwarna hijau pucat.
Berasal dari Pulau Kalimantan. Populer dengan julukan Alocasia ‘Dragon Scale’, karena daunnya mirip dengan sisik naga.
Asalnya dari Pulau Sulawesi. Penampilannya mirip seperti Alocasia macrorrhizos (sente). Dikategorikan tanaman semak dan tumbuh di bioma tropis basah.
Asal Pulau Kalimantan. Penampakan daun tanaman ini berbeda dengan daun Alocasia lain yang berbentuk perisai. Bentuk daunnya lanset memanjang, dan perawakan pun kecil.
Berasal dari Pulau Irian. Tanaman ini memiliki ciri khas daunnya yang berbentuk seperti mata panah dengan tepi yang sangat bergerigi. Tangkai daun berwarna coklat kemerahan.
Berasal dari Pulau Irian dan Maluku. Daunnya menyirip bercanggap. Tangkai daun berwarna hijau atau berbintik-bintik cokelat.
Dari namanya sudah jelas dari mana tanaman ini berasal, Pulau Sulawesi. Lebih tepatnya dari daerah Minahasa.
Asal Pulau Kalimantan. Alocasia chaii adalah spesies kecil dan sangat langka dari Kalimantan, yang dikenal karena daunnya yang keras dan berwarna keperakan.
Di indonesia tanaman ini ditemukan di Kepulauan Timor. Selain di sana juga ditemukan di Filipina. Dikenal dengan sebutan “Green Shield”, karena daunnya berbentuk perisai berwarna hijau yang mencolok dengan warna gelap di sekitar tulang daunnya.
Berasal dari Pulau Kalimantan. Dikenal dengan nama Alocasia “Tembaga” atau Alocasia “tengkorak”, karena daunnya yang berwarna kemerahan seperti tembaga dan tulang daunnya yang menonjol menyerupai tulang tengkorak.
Berasal dari Pulau Jawa, dengan sebaran terbanyak di Jawa Barat.
Berasal dari Pulau Sumatera dan semenanjung Malaysia. Spesies ini memiliki sebaran ekologi yang luas dan ditemukan di lahan-lahan terbuka, semak belukar, daerah rawa, tepi sungai, kadang-kadang di batu kapur, dari permukaan laut hingga ketinggian sekitar 1.200 meter.
Spesies ini juga berasal dari Pulau Sumatera. Sesuai dengan namanya, banyak ditemukan di antara Gunung Kerinci dan Danau Kerinci.
Ditemukan tersebar di Pulau Papua. Seperti namanya, daunnya berbentuk lanset memanjang, dengan ujung-ujung daun lancip, sehingga masih tampak seperti perisai, tapi lebih panjang dan sempit.
Berasal dari Pulau Papua juga. Daunnya perisai memanjang dengan tepian bergelombang. Sekilas mirip seperti kepala tombak atau bilah keris.
Spesies ini sebarannya lebih luas. Mulai dari Indocina, hingga barat-tengah Malesiana. Merupakan salah satu tanaman yang menjadi indukan hibrid Alocasia.
Berasal dari Pulau Sulawesi bagian tengah. Mirip seperti Alocasia macrorrhiza, ukurannya cukup besar.
Berasal dari Pulau Kalimantan. Daun bagian atas berwarna hijau kebiruan. Nama melo berasal dari tekstur daunnya yang mirip seperti kulit buah melon.
Berasal dari Pulau Kalimantan. Penampakannya mirip Alocasia beccarii tapi dengan tubuh lebih kecil lagi. Itulah sebabnya dinamakan ‘minuscula’.
Berasal dari pegunungan Pulau Papua. Bangun daunnya seperti mata tombak dengan ukuran besar. Habitatnya di pegunungan, maka ia disebut ‘monticola’.
Berasal dari Pulau Kalimantan. Warna daunnya mirip seperti Alocasia baginda. Bedanya bangun daunnya berbentuk perisai sempurna dengan torehan di pangkal daun. Tangkai daun hijau pucat dengan totol-totol ungu.
Sama seperti Alocasia monticola, ditemukan di pegunungan Pulau Papua. Perawakannya pun mirip. Bedanya, A. nicolsonii bagian bawah daunnya berwarna keunguan.
Endemik Pulau Kalimantan. litofit fakultatif, ditemukan di dalam tanah dan kantong-kantong humus pada singkapan batu kapur dan batu-batu besar di hutan dataran rendah.
Berasal dari Pulau Kalimantan bagian tengah. Spesies ini juga punya bangun daun yang tidak perisai. Daunnya berbentuk bulat telur sempit.
Endemik Pulau Kalimantan. Helaian daunnya besar, panjangnya hingga 55cm, berwarna hijau gelap. Tangkai daun berwarna kecoklatan.
Endemik Pulau Kalimantan bagian timur dan Sabah. Mirip seperti Alocasia princeps tapi versi mininya. Lebih bersifat litofit.
Berasal dari Pulau Jawa dan semenanjung Malaysia. Ditemukan di daerah berawa-rawa atau area basah yang terbuka.
Berasal dari Pulau Papua. Banyak ditemukan di lantai hutan hujan diantara celah-celah kanopi hutan.
Endemik Pulau Kalimantan. Sudah dikenal sebagai tanaman hias sejak pertama kali diperkenalkan pada keluarga Kerajaan Rusia tahun 1884.
Juga endemik Pulau Kalimantan. Menjadi incaran para kolektor tanaman karena penampilan permukaan daunnya yang seperti beludru.
Tersebar di Pulau Kalimantan. Spesies dengan perawakan sangat besar. Panjang daunnya bisa mencapai 4 meter dengan lebar hingga 2,5 meter. Banyak ditemukan di rawa-rawa terbuka.
Berasal dari Pulau Kalimantan. Warna daunnya hijau pucat keabuan. Terdapat titik-titik coklat keunguan yang kasar (scabrous) di tangkainya.
Berasal dari Pulau Sulawesi, terutama daerah Sulawesi Tenggara. Daunnya berbentuk perisai dengan warna hijau tua mengkilap, dengan tulang daun berwarna hijau pucat.
Berasal dari Pulau Sulawesi bagian utara terutama dari Kabupaten Bolaang Mongondow. Bentuknya daunnya unik, berbentuk perisai dengan torehan lebar, mirip seperti tanduk rusa.
Ditemukan di pegunungan Pulau Papua. Tumbuh sebagai epifit pada pohon berukuran sedang di hutan cemara di daerah pegunungan tinggi dengan ketinggian sekitar 1.560 m di atas permukaan laut.
Penutup
Dalam satu genus saja sudah banyak sekali jenis tanaman yang berasal dari Indonesia. Dari daftar marga alocasia yang disebutkan di atas, beberapa sudah populer sebagai tanaman hias dan banyak diburu oleh para kolektor tanaman. Lainnya masih dianggap tanaman liar yang belum diketahui nilai sosial ekonominya. Sayangnya kerusakan lingkungan dan alih fungsi lahan membuat banyak jenis tanaman yang statusnya terancam punah.
Komentar
Posting Komentar